Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Sosok Wali Perempuan Sayyidah Nafisah (145 H -208 H)

 Mengenal Sosok Wali Perempuan Sayyidah Nafisah 

(145 H -208 H)

oleh : Nyai Hj. Zein Luthfiyah, S.Ag 
Koordinator Bid. Pemberdayaan Perempuan JPPPM Nusantara Pusat

            Pada masa Nabi Muhammad SAW, para perempuan banyak terlibat dalam aktifitas di ruang publik. Jika kita membaca hadits-hadits Nabi, akan dengan mudah kita temukan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat perempuan. Namun sepeninggal Nabi Muhammad, kehadiran ulama perempuan sepertinya sedikit yang dikenal. Jika kita membuka kitab-kitab para ulama sepeninggal Nabi, terlihat bahwa hampir semua ditulis oleh ulama laki-laki. Namun diantara sedikit ulama perempuan tersebut, ada nama Sayyidah Nafisah, cicit Rasulullah SAW yang menjadi tempat berguru oleh Imam Syafi'i. 

            Nasab Sayyidah Nafisah bersambung dengan Nabi Muhammad melalui Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Nasab lengkapnya adalah Sayyidah Nafisah binti Hasan bin Zayd bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Dia adalah ulama hadits perempuan yang terbaik pada masanya di Mesir. Dia lahir di Mekkah pada 762 M. dan wafat pada tahun 823 di Mesir. Dia menikahi Ishaq Al Mu'tamin putra dari Imam Ja'far Shadiq. Dikarunia dua anak yang bernama Qasim dan Ummu Kultsum. Sayyidah Nafisah merupakan salah satu tokoh agama  yang tidak kenal membaca dan menulis (ummi). Kendati demikian, beliau merupakan sosok yang cerdas dalam mempelajari hadis sehingga tergolong sebagai perempuan pengajar hadis. Murid-murid Sayyidah Nafisah berasal dari berbagai tempat, diantaranya adalah Imam Syafi'i pendiri Mazhab Besar dalam Islam. Selain Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hanbal dan Dzun Nun Al Mishri pun berkesempatan untuk belajar hadits kepada beliau.

            Ibnu Katsir dalam Bidayah Wa Nihayah mengatakan bahwa Sayyidah Nafisah adalah seorang yang kaya dan disukai banyak orang. Hal ini karena dia sering membantu orang-orang yang menderita disabilitas dan berpenyakit. Dia adalah seorang yang zuhud dan saleh. Sebagai seorang guru, Sayyidah Nafisah binti Hasan merupakan hafizah. Tak hanya menghafal Alquran, beliau juga dikenal sebagai sosok yang alim dan sangat dekat dengan ibadah, salah satu contoh adalah ibadah haji yang telah ditunaikan sebanyak 30 kali. Sayyidah Nafisah pun dipercaya telah mengkhatamkan membaca Alquran sebanyak 1.900 kali. Seorang yang masuk dalam kategori ummi bukan berarti tak bisa belajar atau mencerna ilmu pengetahuan. Terbukti, gerak langkah Nafisah sangat haus akan ilmu dan dirinya tak segan untuk be lajar ilmu-ilmu agama kepada sumber-sumber yang terpercaya. Sosok yang kerap haus akan ilmu agama ini juga dikenal sebagai pribadi yang zuhud. Sayyidah Nafisah merupakan hamba Allah yang taat dan tiap waktu yang dimilikinya selalu diisi dengan ibadah dan mengingat Allah SWT. Sayyidah Nafisah bahkan tak pernah meninggalkan shalat malam dan selalu berpuasa untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Imam Ahmad bin Hanbali pernah menceritakan perkara riwayat kezuhudan Nafisah. Menurut beliau, Sayidah Nafisah merupakan salah satu wanita zuhud yang dicintai Allah.

             Suatu ketika pernah Imam Ahmad bin Hanbali ini mendatangi Sayyidah Nafisah untuk meminta doa. Sejak itu, rumah Sayyidah Nafisah kerap didatangi tamu dengan tujuan yang beragam. Dari minta diajarkan ilmu agama hingga minta didoakan layaknya Imam Ahmad bin Hanbali. Ketakwaan, kecerdasan, serta kezuhudan beliau menjadikannya salah satu perempuan yang sangat berjasa dalam peradaban serta khazanah Islam. Ahmad bin Kaf menyebut sosok Sayidah Nafisah dengan nama ad-Darain (permata berharga di dua alam). Menurut dia, sosok perempuan tersebut adalah gambaran dari perempuan yang arif dan kerap beramal saleh. Meski lahir dalam lingkungan yang berkecukupan, Sayyidah Nafisah memalingkan wajah dan hatinya dari gemerlap duniawi. Beliau lebih memilih mendekap tiap detik yang dimilikinya untuk bertemu Allah dalam ibadah. Kezuhudannya ini patut dijadikan contoh oleh umat Islam di seluruh dunia.

Kezuhudan dan Karomah Sayyidah Nafisah

            Sayyidah Nafisah dikenal sebagai perempuan yang sangat terjaga ibadahnya. Sejak kecil, beliau tumbuh dalam keluarga yang sangat baik agamanya. Setiap harinya selalu diisi dengan membaca Al-Qu’an dari mulai pagi hingga petang.  Selain itu, beliau juga sangat tekun dalam mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Beliau sangat tekun dalam ibadahnya. Terbukti beliau sering melakukan ibadah malam dan puasa pada siang hari. Dalam kitab Nisa’ Min At-Tarikh diceritakan bahwa beliau hanya makan sekali dalam waktu 3 hari. Selain itu, beliau juga tidak makan kecuali dari harta suaminya lantaran khawatir harta dari orang lain tercampur dengan susuatu yang haram. Sayyidah Nafisah dikenal sebagai perempuan yang mempunyai karomah. Beberapa kisah karomahnya disebutkan dalam kitab Nisa’ Min At-Tarikh. Salah satu karomahnya juga disebutkan dalam kitab Jami’ Karamati Al-Auliya bahwa suatu ketika beliau mendatangi Mesir, di sana terdapat perempuan Yahudi yang mengalami sakit hingga bertahun-tahun dan sembuh dengan percikan air wudhu Sayyidah Nafisah.

            Suatu hari beliau berada di Mesir dan singgah di rumah Jamaluddin Abdullah bin Al-Jassas, di sana terdapat perempuan Yahudi yang tinggal di samping rumahnya bersama sang ibu. Pada suatu hari, sang ibu meminta izin putrinya untuk pergi ke kamar mandi namun sang anak melarangnya dan meminta sesorang untuk menemaninya. Karena sang ibu bingung kepada siapa akan menitipkan anaknya akhirnya beliau meminta tolong  sayyidah Nafisah untuk menemaninya. Sayyidah Nafisah datang dan menemani perempuan tersebut. Beliau berwudhu dan air wudhunya menetes pada perempuan tersebut. Sesekali  beliau mengusapkan airnya  pada kedua kakinya dan atas izin Allah perempuan tersebut bisa berdiri seperti tak pernah mengalami sakit ini sebelumnya. Ketika sang ibu keluar dari kamar mandi beliau kaget dan terkejut melihat putrinya. Dan ibunya berkata “ Demi Allah ini adalah agama yang benar dan kita berada dalam agama yang salah.” Tak lama setelah itu sang ayah mendengar kesembuhan putrinya dan akhirnya keluarga perempuan Yahudi mendatangi Sayyidah Nafisah untuk menyatakan keislamannya. Mereka kagum dengan agama yang dianut oleh Sayyidah.

Wafatnya Sayyidah Nafisah binti Al-Hasan

        Sayyidah Nafisah tinggal di Mesir dalam jangka waktu yang lama. Pada tahun 208 H , beliau mulai mendapatkan kenikmatan sakit sedangkan suaminya berada di Madinah dengan urusan profesinya. Dalam kitab Al-Haqiqah Wa Al-Majas Fi Rihlah Ila Biladi As-Syam Wa Misr Wa Al-Hijaz diceritakan bahwa Ketika Sayyidah Nafisah mengalami sakit yang cukup parah, beliau memikirkan kematiannya hingga berinisiatif untuk menyiapkan tempat pemakaman di sisi rumahnya. Beliau menggali pemakaman tersebut dengan menggunakan tangannya. Beliau selalu menunaikan  shalat dan berdzikir kepada Allah. Ada yang mengatakan bahwa beliau mengkhatamkan Al-Qur’an 190 kali. Kematiannya sungguh menakjubkan. Ketika datang waktu malam, Sayyidah   Nafisah sedang  membaca Al-Qur’an, tiba-tiba suaranya lirih. Dan saat beliau membacakan surat Al-An’am ayat 127 :

لَهُمْ دَارُ السَّلَامِ عِنْدَ رَبِّهِمْ

“Mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi tuhan-Nya.”

Tepat setelah membacakan ayat itu, ajal menjemputnya. Wafatnya 4 tahun setelah wafatnya murid beliau Imam Syafi’i. Beliau wafat tahun 208 H dalam usia 63 tahun.