Perempuan-Perempuan yang Kisahnya Abadi dalam Al-Qur’an
Perempuan-Perempuan yang Kisahnya
Abadi dalam Al-Qur’an
Farida Ulvi Na’imah
(Khadimah di PP. Al Hidayah Ketegan Tanggulangin
Sidoarjo)
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, nama yang disebut dalam
al-Qur’an berarti memiliki makna yang sangat baik dan memberi kemanfaatan
kepada khalayak, atau sebaliknya, bisa jadi
merupakan sesuatu yang sangat buruk dan membawa petaka. Tujuan utamanya
adalah kita mampu mengambil ‘ibrah dari kejadian-kejadian tersebut.
Al-Qur’an juga menyebut perempuan dengan diksi yang berbeda-beda
seperti: zauj, imra’ah, nisa’, dan untsa. Hanya satu orang yang
namanya disebut dengan jelas, yaitu perawan Maryam yang melahirkan Nabi Isa AS.
Meskipun lainnya tidak disebutkan namanya secara implisit, namun beberapa dari
mereka bisa ditelusuri melalui kitab tafsir atau kitab tarikh.
Perempuan-perempuan tersebut dapat diklasifikasi ke dalam dua
masa; yaitu masa sebelum dan sesudah Rasulullah. Klasifikasi pertama adalah
sebagai berikut:
1.
Istri Nabi Adam AS
Namanya Hawa’. Ia disebut dalam al-Qur’an sebanyak tiga kali,
yaitu dalam QS. Al-Baqarah ayat 25, QS. Al-A’raf ayat 19, dan QS. Thaha ayat
117. Ia merupakan wanita pertama di muka bumi.
2.
Istri Nabi Nuh AS dan istri Nabi
Luth AS
Dalam riwayat istri Nabi Nuh bernama Wahilah/ Waghilah, dalam
riwayat lain ia bernama Amzura. Istri Nabi Nuh adalah perempuan yang menyebut suaminya gila
saat pembuatan bahtera, hingga ia tenggelam oleh banjir bandang bersama kaum
yang tidak beriman. Istri Nabi Luth AS bernama Wa’ilah. Pembangkangan dan
kekafiran keduanya terekam dalam QS. at-Tahrim ayat 10. Ia ditengarai suka
mengabarkan kedatangan tamu suaminya kepada kaum sodom (penyuka sesama jenis) dengan
tujuan agar para tamu tersebut disodomi. Pemberitaan kabar tersebut dilakukan
dengan memberikan tanda berupa nyala api jika terjadi pada malam hari dan
dengan membuat asap jika siang hari.
3.
Putri Nabi Luth AS
Putri Nabi Luth disebutkan dalam QS. Hud ayat 79. Ia berperan
membantu ayahnya meluruskan pandangan kaum sodom yang melakukan homoseksual.
Mereka merupakan cerminan sifat yang baik dalam hal mendukung dakwah ayahnya.
4.
Istri Nabi Ibrahim AS
Namanya Sarah, seperti tersebut dalam QS. Hud ayat 72. Ia
merupakan ibu yang melahirkan Nabi Ishaq AS dalam usia udzur. Dari Sarah
lahirlah bangsa Israel melalui Nabi Ishaq dan Nabi Ya’qub.
5.
Istri Nabi Ibrahim AS (yang lain)
Adalah Hajar yang merupakan Ibu dari Nabi Ismail AS. Kisahnya
terangkum dalam QS. Ibrahim ayat 37. Namanya lebih mendominasi daripada Sarah,
karena ia dan Nabi Ismail merupakan cikal bakal bangsa Arab Musta’ribah
(kaum pendatang yang berbahasa Suryani/ Ibrani yang menikah dengan penduduk Arab
‘Aribah, yaitu penduduk asli suku Jurhum. Dari perkawinan Hajar dan Ibrahim
lahir lah putra-putri yang berbahasa Arab seperti bahsa ibunya dan kemudian tinggal di Arab).
6.
Istri dari Qithfir Al Azis,
seorang pembesar Mesir
Sebagian riwayat menyebut bahwa namanya adalah Zulaikha,
sebagian yang lain menyebut Ra’il. Kisah ini dirangkum dalam QS. Yusuf ayat 21
dan disebutkan bahwa meskipun dia sudah berstatus sebagai istri tetapi
karena melihat nabi Yusuf hatinya tertarik akan ketampanannya. Zulaikha berusaha
untuk menggoda dan menaklukkan hati nabi Yusuf. Lafadz hubban pada ayat
tersebut menunjukkan bahwa perasaan yang dirasakan oleh Zulaikha terhadap nabi
Yusuf merupakan kecintaan yang sangat mendalam.
7.
Istri Imran
Dalam riwayat disebutkan bahwa namanya adalah Hannah binti
Faqudz. Ia merupakan ibunda perawan Maryam, saudara perempuan Nabi Zakariya AS
dan sekaligus merupakan nenek Nabi Isa AS. Kisahnya dapat dijumpai dalam QS.
Ali Imran ayat 35. Imran dan istrinya konon berdoa agar dikaruniai anak yang
kelak akan mewaqafkan hidupnya untuk Baitul Maqdis.
8.
Maryam putri Imran
Maryam merupakan Ibunda Nabi Isa AS. Kisahnya banyak disebut
dalam al-Qur’an, seperti dalam QS. At Tahrim ayat 12. Maryam merupakan satu dari empat wanita yang dianggap
paling agung yang pernah hidup di dunia, selain Asiyah istri Fir’aun, Khadijah istri Rasulullah SAW, dan Fatimah binti Rasulullah. Maryam merupakan satu-satunya wanita yang namanya
diabadikan secara jelas dalam Al-Qur'an. Bahkan surat ke-19, disebut dengan
surat Maryam. Maryam disebut sebanyak 34 kali dalam Al-Qur'an. Sosok Maryam
merupakan panutan bagi wanita Islam di dunia.
9.
Istri Zakaria
Kisah ini terekam dalam QS Maryam ayat 8. Nabi Zakaria di usia
senjanya (120 tahun) belum dikaruniai putra, sedang istrinya pun sudah berusia
udzur (98 tahun). Beliau berdoa agar dikaruniai keturunan yang shalih, maka
lahirnya Nabi Yahya AS.
10. Istri Fir’aun
Ia bernama Asiyah binti Muzahim, kisahnya tercatat dalam QS.
At-Tahrim ayat 11. Dalam ayat tersebut ia digambarkan sebagai istri yang
shalihah, kuat keimanannya dan tidak terpengaruh akan kekuasaan dan kedurhakaan
suaminya, bahkan dalam hatinya ia selalu memuji Allah SWT dan selalu berharap
agar mendapatkan ridha-Nya.
11. Ibunda Nabi Musa AS
Dalam riwayat namanya adalah Yukhabat, Kisahnya terangkum dalam
QS. Taha ayat 38. Ibu Nabi Musa merupakan
satu-satunya wanita dalam Al-Qur'an yang menerima wahyu (al-Qashas ayat 7).
Allah mengilhamkan kepada ibu Nabi Musa untuk membantu agar Musa tetap hidup
ditengah ancamanFir’aun atas kelahiran bayi laki-laki di Negara tersebut.
12. Saudara perempuan Nabi Musa AS
Namanya adalah Maryam, kisahnya dituturkan dalam QS. Thaha ayat
40. Perlu diketahui bahwa Maryam yang dimaksud bukanlah Ibu dari Nabi Isa AS.
Meskipun nama keduanya Maryam, dan nama ayah keduanya juga Imran. Keduanya
hidup di zaman yang berbeda. Maryam saudara Nabi Musa merupakan putri Imran
dari Ibu yang bernama Yukhabat, sedangkan perawan Maryam merupakan putri dari
Imran dari Ibu yang bernama Hannah. Saudara perempuan Musa berperan menawarkan
kepada Fir’aun agar ibu kandung Nabi Musa dihadirkan dan diperbolehkan menyusui
bayi Musa (ketika sudah dalam perawatannya), karena Musa kecil tidak mau
disusui oleh perawat-perawat yang ada (QS. al-Qashah ayat 12).
13. Dua perempuan yang bertemu Nabi Musa AS di Madyan
Dalam riwayat, mereka merupakan putri Nabi Syu’aib AS. Kisahnya
tercatat dalam QS. Al-Qashas ayat 23-26. Ayat tersebut mengisahkan
tentang perempuan yang menggembalakan kambingnya karena kondisi orang tua yang
sudah tua dan tidak mungkin untuk melakukan pekerjaan tersebut. Secara tersurat
isi kandungan ayat tersebut tentang bekerjanya seorang perempuan dengan konteks
peristiwa di luar rumah, yakni dengan menggembalakan kambingnya. Dalam kisah
tersebut diungkapkan bahwa pekerjaan itu mereka laksanakan karena ada kondisi
yang mewajibkannya, yakni keadaan orang tua yang berusia lanjut dan tidak
mungkin untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Sedangkan nilai hukum yang bisa kita ambil dari ayat tersebut adalah
bahwa kaum perempuan menurut islam berdasarkan ayat Al-Qur’an diperbolehkan
bekerja di luar rumah sekalipun. Kaum perempuan boleh bekerja selama pekerjaan
tersebut membutuhkannya dan ia membutuhkan pekerjaan tersebut, baik
dilaksanakan secara individu maupun kolektif. Kaum perempuan boleh bekerja
selama pekerjaan tersebut dilakukannya dengan suasana terhormat, sopan, dan
selama mereka dapat menjaga agamanya, serta dapat pula menghindari dampak
negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya. Salah satu
perempuan tersebut bernama, Shafura’ (Zappora) yang kemudian menjadi istri Nabi
Musa AS setelah Ia bekerja selama 10 tahun menggembalakan ternak ayahnya.
14. Pemimpin negeri Saba’
Kisah dalam QS. an-Naml ayat 44 menuturkan tentang Ratu Balqis /
Bilqis dengan Nabi Sulaiman AS. Dalam kitab Ahkamul Qur’an karangan Ibn
‘Araby, Ayah Bilqis yang bernama Syurahbil menikah dengan Jin yang bernama
Raihanah, yang dari perkawinan tersebut lahirlah perempuan bernama Talqamah
(Bilqis.
Klasifikasi berikutnya adalah
perempuan-perempuan yang hidup pada zaman Rasulullah, di antaranya adalah:
1.
Istri-Istri Rasulullah, seperti:
a. ‘Aisyah binti Abu Bakar RA
Kisahnya dituturkan dalam QS. an-Nur ayat 11-16, masyhur dengan
sebutan hadis ifki (cerita dusta). Saat itu beliau dituduh berbuat
serong dengan Sahabat Shafwan bin Mu’athal. Kabar ini disebarkan pertama kali
oleh Abdullah bin Ubay bin Salul, yang merupakan pemimpin Munafiqin. Akhirnya
Allah berkenan merehabitasi nama baik beliau.
b. Zainab binti Jahsy RA
Dalam QS. al-Ahzab ayat 37-38, diceritakan bahwa Zainab binti
Jahsy semula merupakan istri dari putra angkat Rasulullah yang bernama Zaid bin
Harithah (budak yang dimerdekakan Rasullah, yang merupakan hadiah dari Sayyidah
Khadijah binti Khuwailid). Setelah Zainab bercerai dengan Zaid, Rasulullah
mengawini mantan istri anak angkatnya. Kandungan hukum yang dapat diambil dari
kisah ini adalah bahwa antara ayah angkat dan anak angkat tidak ada hubungan
hukum apapun, mulai waris, nasab dan kewajiban nafkah, dan lain-lain, sehingga
langkah Rasulullah menikahi Zainab binti Jahsy diperbolehkan secara hukum.
c. Hafshah binti Umar bin Khattab RA
QS. at-Tahrim ayat 3 menceritakan tentang peristiwa yang baru
saja dialami Rasulullah, yaitu mengatakan bahwa Rasulullah tidak akan menggauli
Mariyah Qibtiyah kembali, di mana hal ini diceritakan kepada istrinya yang
bernama Hafshah. Rasulullah berpesan untuk tidak menceritakan kisah tersebut
kepada orang lain, tetapi di luar dugaan, Sayyidah Hafshah membagi kisah
tersebut kepada Sayyidah ‘Aisyah. Allahpun memberi tahu Rasulullah terkait
Hafshah yang membagi cerita kepada ‘Aisyah. Karenanya ia terkejut dan menanyai
Rasulullah siapa yang memberitahu hal tersebut, Rasulullah menjawab bahwa yang
memberi tahu adalah Allah Tuhan yang Maha mengetahui sesuatu yang tersembunyi.
2.
Perempuan yang mengajukan protes
kepada Rasulullah
Perempuan tersebut bernama Khaulah binti Tsa’labah. Kisahnya
terekam dalam QS. Al-Mujadilah ayat 1. Ia yang dalam sejarah menggugat hukum
dzihar (tradisi Jahiliyah yang menyamakan istri dengan ibunya) karena dianggap
tidak berpihak kepada wanita. Bagaimana tidak, perempuan yang semasa mudanya
mempersembahkan kecantikan hanya untuk suaminya, ketika usia tua, suami
men-dzihar semaunya. Karenanya Ia mengadu kepada Rasulullah. Karena wahyu belum
turun tentang hukum dzihar, Rasulullah menangguhkan untuk tidak berkumpul
dengan suaminya terlebih dahulu. Akhirnya ia mengadu sendiri kepada Allah
hingga batallah bahwa hukum dzihar setara dengan talaq.
3.
Istri Abu Lahab
Namanya Ummu Jamil / Arwa binti Harb. Namanya abadi dalam QS.
Al-Lahab ayat 4. Ia selalu bersepakat dengan suaminya, Abu Lahab, dalam hal
kemungkaran, termasuk ketika Rasulullah mendapatkan perintah untuk berdakwah
secara terang-terangan di Bukit Shafa, Abu Lahab mengejek dan meremehkan apa
yang disampaikan Rasulullah, disaat sebagian umat yang lain cukup mempercayai
Rasulullah. Dalam ayat tersebut, kelak di akhirat ia sendiri yang akan
membawakan kayu bakar untuk suaminya. Hikmahnya adalah, betapa Allah ingin melipatkan
rasa sakit hati yang miliki Abu Lahab ketika mengetahui orang yang sangat ia
cintai malah membawakan kayu bakar untuknya di Neraka kelak.
Wallahu A’lam
Referensi:
1.
Muhammad Mutawalli as-Sya’rawi, Qadhaya
al-Mar’ah al-Muslimah, Kairo: Dar al-Muslim, 1982.
2.
Jalaluddin al-Suyuti dan Jalaluddin al-Mahalli,
Tafsir Jalalain, Surabaya: Al-Hidayah, t.t
3.
Encyclopedia Of The Qur’an
(Leiden: E.J Brill, 2001.
4.
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam
as-Siyasi wa at-Tsaqafi wa al-Ijtima’, Kairo: Maktabah an-Nahdhah, 1979.
5.
Quraish Shihab, Tafsir
al-Misbah: Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
6.
Quraish Shihab, Membumikan
Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan,
1994.