Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mempertahankan Kerukunan Antar Umat Beragama Melalui Peran Perempuan Ulama

 


Ketua Umum Jamiyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighoh (JP3M) Nusantara, Nyai Hj. Hanik Maftuhah mengatakan, pihaknya siap memerangi berita tidak benar (hoaks) yang marak di tengah masyarakat.  Berita-berita hoaks tersebut biasanya marak di media sosial.


"Para anggota JP3M ini memiliki peran penting  dalam menentramkna kemajuan pemikiran yang dewasa kepada mayarakat. Diharapkan masyarakat tidak mudah terhasut berita-berita hoaks yang biasanya berkemang di media sosial," katanya kepada wartawan usai peringatan Harlah keempat JP3M Nusantara di Ponpes Pancasila Blotongan Salatiga, belum lama ini.


Kegiatan dihadiri tak kurang 2.500 orang perwakilan pondok pesantren di Jateng dan DIY dan berbagai kota di Indonesia. Wali Kota Salatiga Yuliyanto hadir membuka acara itu. Ditambahkan Hanik, keberadaan pengasuh pondok pesantren diharapkan menjdi pilihan utama dalam pendidikan.


Selain itu diharapkan Ponpes juga bisa mengangkat dakwah Nahdiyah ahlusunnahwaljamaah. Sedangkan peran muballighoh diharapkan bisa meningkatkan kualitas potensi masyarakat di dalam cara berpikir agar tidak mudah terbawa berita hoaks.


"Peran J3PM Nusantara selama ini berhasil mengubah cara pandang pondok pesantren sebagai pilihan utama  bukan alternatif untuk mencetak santri dan santriwati yang ahli agama beriman berilmu pengetahuan  dan bertakwa. Ada pun peran lainnya dari muballighoh  diharapkan  mampu menenteramkan masyarakat di era media sosial seperti sekarang ini. Adapun langkah kami adalah melalui digital maupun dakwah konvensional," katanya.


25 Provinsi


Ditambahkan dia, J3PM Nusantara kepengurusannya sudah mencapai 25 provinsi di Indonesia. Sedangkan di Jateng kepengurusannya ada di 34 kabupaten/kota. Sekretariat pusat J3PM Nusantara ada di Ponpes Sirojurrokhim Pingit, Pringsurat Temanggung.


Sementara itu, ulama asal Sleman Yogyakarta KH. Ahmad Muwafiq atau yang akrab disapa Gus Muwafig yang menjadi pencermah acara itu mengingatkan kepada umat Islam Indonesia untuk tidak alergi atau kaget dengan perbedaan yang ada. Sebab bangsa Indonesia lahir berasal dari berbedaan-perbedaan dan bersatu  yang bisa bertahan hingga sekarang.

"Umat Islam di Indonesia sudah tidak seharusnya menentang sesuatu yang berbeda, entah itu ras, agama, ataupun suku. Saya berharap agar umat Islam di Indonesia tidak usah anti terhadap sesuatu yang berbeda. Sebaliknya, sebagai agama yang penebar kasih, umat muslim harus bisa merangkul perbedaan," katanya.


Wali Kota Salatiga Yuliyanto, saat menyampaikan sambutan pembukaan acara  mengatakan bahwa warga Salatiga telah mempertahankan kerukunan antar umat beragama maupun suku  sejak lama. Warga bisa hidup berdampingan dengan damai di dalam perbedaan itu. Tidak heran Salatiga mendapatkan predikat sebagai kota tertoleran se Indonesia selama tiga tahun berturut-turut

tulisan ini telah dimuat di suaramerdeka.com